Tuesday, June 30, 2009

Bosan.....!



Akhirnya aku berani menyimpulkan bahwa pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Dari beberapa hal yang tidak aku sukai ternyata menunggu menduduki rating pertama. Menunggu begitu menyebalkan bagiku. Pekerjaan itu seperti nightmare. Setiap kali menunggu aku selalu gelisah. Akankah yang aku tunggu akan datang atau berhasil. Menunggu sangat menyita banyak waktu. Bukankah kita dapat melakukan hal yang lain yang lebih bermanfaat dan produktif dari pada hal yang satu itu.

Aku heran kenapa ada sebagian orang yang begitu senang menunggu. Mereka bilang menunggu adalah kata lain dari bersabar. Banyak manfaat yang bisa kita ambil ketika menunggu. Ada kepuasan tersendiri dari menungu. Apalagi kalau yang ditunggu sesuai dengan harapan. Itu sih kata mereka, tapi menurutku menunggu tetap saja membosankan, tidak ada manis-manisnya walaupun dilihat dan dicermati dari sudut terjauh bahkan terdekat sekalipun.

Anehnya entah kenapa setiap hari ada saja aktifitas yang membuatku harus menunggu. Sepertinya menunggu ditakdirkan menjadi bayanganku. Semakin aku menjauh dan menghindar, malah aku semakin harus menunggu. Seperti saat ini bahkan ketika aku menulis tulisan ini aku sedang menunggu. Aku harus menunggu datangnya sinyal hotspot. Aku terpaksa melakukannya karena ada tulisan penting yang harus aku kirim lewat email dan hari ini sudah jatuh deadline. Kalau waktunya melewati batas yang dijanjikan, aku bakal tertimpa musibah besar. Aduh sebelnya!!!


Sunday, June 14, 2009

feel comfort in a plane

Hello Friend..!
Before reading my new posting, I just want to say that actually this is not a serious writing. It is simply the result of my work of my translation and interpretation class’s assignment. In that time we got to translate a text that has to do with safety guide in a plane. So that. Just take it easy if you find any mistake and something odd that has to do with my sentence’s structure etc, just share and visit me through my guest book. Just one simple word, “I’m trying”.

Welcome on board. Please put the hand baggage in the compartment overhead or under your seat. Do not leave valuable goods during transit stops and remember to recheck that you have all you’re belonging when you disembark.

Please read the guide pamphlet in seat pockets and watch the pre-flight demonstration. Keep staying with seatbelts when the aircraft is taking off and landing. For your comforts, we suggested to keep your seatbelt fastened during flight. Life jackets are available under your seat.
In accordance with government regulation, please do not operate mobile phone, TV set or radio because can interfere with the aircraft navigational equipments. Laptop computer, calculator and personal stereo set, may be used.

In accordance with International flight safety regulation, we would remain passengers that we are not allowed to serve alcoholic beverages to passengers who appear to be intoxicated. Passengers are not allowed to consume alcoholic beverages other than those that served by flight attendant

Flying on delay rate can cause dehydration, so you should drink plenty non alcoholic beverages. Changes of altitude can cause earring discomfort, which is eased by swallowing or yawning. Furthermore, the cabin environment can make contact lenses discomfort able, so consider removing them.

You do not need to reconfirm reservation weather in domestic or international flight. Passengers may have reservation confirm automatically by providing home/hotel contact details, when making reservation. If you wish to cancel the flight, please notify Garuda Immediately.

In addition, special arrangements are made for care of the elderly passengers, who in unhealthy, expectant woman, babies, passengers with disability or those with special dietary reason.



Friday, June 12, 2009

Social's effect



Aku tidak tahu, kenapa aku menulis tulisan ini. Entah karena aku memang bener-bener ingin berbagi ilmu dengan pembaca, atau karena dorongan kekesalanku atas orang-orang yang pura-pura tidak sadar akan tanggungjawab mereka terhadap organisasi yang mereka emban atau bahkan mereka tidak tahu menahu.

Entahlah, aku tidak mau memusingkan niatku. Yang aku ingat aku hanya ingin menulis untuk mencurahkan semua isi hatiku.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam problematikanya. Sehingga antara satu orang dengan lainnya pastilah berbeda. Oleh karena hal itu , maka pribadi satu orang dengan yang lain tidak akan mungkin sama.

Aku mungkin sudah melupakan hal itu. Namun demikian, perlulah diperhatikan yang namanya hidup tetaplah memiliki sebuah peraturan. Apalagi kalau sudah bersinggungan dengan orang lain (baca, sosial). Banyak hal yang perlu kita pertimbangkan sebelum kita melakukan atau memutuskan sesuatu, karena semua tindakan kita perlu dipertanggungjawabkan Seseorang tidak bisa berbuat semau dengkulnya sendiri tanpa menghiraukan akibat dan konsekuensi dari sikapnya itu.

Hak dan kewajiban, aku tidak ingin membahasnya secara detail. Alasannya term itu sudah sangat difahami dan sudah diluar kepala. Bahkan anak SD pun bisa dengan cekatan menjawab bila ditanya apa itu hak dan kewajiban. Namiun pada realitanya, masih banyak orang-orang yang belum bisa menerapkan dan mensinergiskan keduanya. Padahal antara hak dan kewajiban memiliki keterkaitan yang sangat erat. Seseorang belum bisa mendapatkan haknya bila kewajiban yang dia miliki beum ia selesaikan.
Seharusnya kita harus lebih memahami hak dan kewajiban dari pada anak SD dengan menafsirkannya pada praktek kehidupan yang nyata dengan cara yang bijaksana sesuai apa adanya hak dan kewajiban. Lebih-lebih ketika kita berada dalam sebuah organisasi sebagai miniature kehidupan bermasyarakat nantinya.

Banyak orang-orang yang saya temui sering mengkambing hitamkan perbedaan pribadi seseorang sebagai pembenaraan untuk mengacuhkan permasalahan orang-orang yang berleha-leha meningalkan kewajiban dan tanggung jawab mereka sehingga banyak yang dirugikan karena perbuatannya itu

Memang sangat sulit untuk mengaplikasikan kedua hal itu dalam kehidupan ini, karena kita hidup pada zaman yang tidak seimbang dan berhadapan dengan banyak kepentingan. Namun, bukankah hidup itu adalah sebuah piihan. Tuhan menciptakan dua jalan, baik dan buruk untuk menuju ridloNya. Kemudian tinggal manusianyalah (baca,kita) yang harus pintar memilih jalan mana yang harus kita tempuh untuk sampai pada keridloan Allah. Rasa egoisme mementingkan diri sendiri memang harus kita kesampingkan dan kita korbankan agar bisa mewujudkan impian kehidupan yang manis. Dan hanya dengan sikap saling menghormati dan menghargai orang lain hidup ini akan lebih indah dan damai.




Wednesday, June 3, 2009

THE SALARY



Economic growth in Indonesia has been increasing fast as the time go by. It is proven by many companies, which appear and exist everywhere. from the high scale levels such as state’s companies, private companies to the law scale ones such as home Industry. Above all, all the companies own common structural rules, which are attached for all peoples in those companies. From executive position as the highest level to employee position as the lowest level, as well as in common rules of payment wage. Each enterprise give more salary for who are in highest position.

As matter of fact, there are many employees in lowest position claimed that it is not fair for the executive fit to earn more salary than they are. There for, they made any strike to make their dream comes real. In addition, it is fit for employees to get what the executive get for their hard work and loyalties to the company. In spite of that, many people in Indonesia argued that it is fair for the executive to earn far more money than the lowest level employee based on several arguments.

First condition, the executives have harder work than the employees do. They not only work by their power but also they have to utilize their brain hard to finish the company’s businesses. It is very hard and exhausting for them. because in the same time they have to devote their thought and time to do best and to be the best. Moreover, they have to bring their work at home and release their rest of time for the sake of the company progress and prosperity. Because their work sometimes cannot be finished in the company. Whereas a home is place for taking a rest and having good time with family, after all daylong work. Unlike the executive, the employees only work with their muscles. They do not need to devote their thought entirely to finish work. Because they work qualitically is easy and light in weight. Even though what employees done is also tiring and exhausting, but at least they can take rest much in the home. Because their work is always, be done and finish punctually in factory.

Second condition, the executives also have great responsibility, whether to the entire company and responsibility to the employees. to the company, an this responsibility will take great risk if they do not do it professionally and even bankruptcy the company will face. In entire company they are responsible in handling general policies to decide appropriate wisdoms in increasing company progress. Supporting the development of company there are some examples of general policies. Just like rising network. The executive as the decision makers have to be very selective in determine who will be their partner. Beside that, they have to maintain their good intercourse. Because this good intercourse will ease the company access to be developed. Not only in this way, the executives also have responsibility in advertising matter. They have to be really innovative in selecting and deciding of good word to be published and also in searching for advertising place which conducive and strategy to promote and demonstrate the product and even the company enterprise. In addition, they also must have good strategic in order not lose in competition business against the other companies.

Beside responsibility to the entire company, they also responsible to the employees prosperity, the executive should provide the salary for the employee’s right and have to pay them in time, otherwise they will quit working and this risk will inhibit production mobility. And if it happens, the company will take the burden great deal of damages. While the employees do not have any entire responsibility in developing and maintaining company progress where they work. They employees just work and finish their work and the end they get their salary without thinking of company fate.

Third condition, in several private company which is ruled by certain peoples, it is not taboo, if they give more salary to the executive who has achievement in the company advances. This is exactly normal. Because company do that to appreciate them. The same thing could be done to the employees. The owners of the company can also give more salary to the employees who have best job result than their usual salary.

The lastly, it is difficult to apply and to be accepted in the executive occupation. First, they must have high education background. Nowadays the common measure of lowest education background in all companies is BA degree’s graduation. In common public assumption, graduation of BA degree have had enough skills to work in a company. Nevertheless, it is a quite hard to deserve BA degree, people have to spend their much money and utilize their long time hard. Secondly, they must have many experiences of working at least in the company where they live in before. Experience is one of requirements for apply the executive position in certain company. Because company cannot take the worst risk by recruit, wrong people in joining in that company. The third, People must have certain skills, such as vision, meaning that they can se the opportunity while the other peoples simply cannot. Beside that, people must to be innovative enough, meaning that in certain condition or situation, they is claimed to be able to release idea or creation that is interestingness and different. but on the contrary labor, whoever can apply for to become labor, so long as he/she will work, having work spirit and not lazy. Simplicity, there is no clauses which difficult to apply for to become labor, including education background. Graduate of senior high school and junior high school can apply for job as labor. Having working experience or do not have is not so reckoned. Nevertheless, it does not mean that any people can be accepted to be labor. Because to become labor also have to have skill as according to type of effort at the company is applied for. But however it is not really hard is compared to what the executive’s applier do.

To conclude, far more salary is exactly proper to be earned by the executive. It is dealt with their hard exertion in reaching out the executive of occupation and their effort in implementing their responsibility to the company and to the employee’s prosperity.





Bocah vs Nasib



Hari ini hari minggu, semua aktiftas perkuliahan libur. Namun bagiku, hari minggu sama ja dengan hari-hari aktif yang lain. Walaupun aku bukan seorang aktifis sejati, tapi kegiatanku sangat padat bahkan dihari libur. Dan hari ini aku harus ke Sidpoarjo untuk mengikuti pembinaan MSQ, sudah satu bulan lebih aku mengikuti kegiatan itu, katanya sebagai persiapan untuk mengikuti MTQ provinsi cabang MSQ tahun ini yang diselenggarakan bulan Mei mendatang. Tapi sebenarnya bukan hal itu yang ingin aku ceritakan kali ini, melainkan sebuah pemandangan yang begitu menyentuh perasaanku yang baru saja aku lihat.
Cerita ini berawal ketika aku berada di dalam salah satu angkot dalam perjalanan pulang dari pembinaan. Seperti biasa, angkot yang aku tumpangi berhenti untuk menunggu dan mengangkut penumpang lainnya di salah satu terminal di Surabaya. Pada saat itu aku melihat seorang anak laki-laki yang sedang berdiri tak jauh dari angkot yang aku tumpangi. “siapa anak itu gerangan, apa yang ia lakukan di tengah terik matahari begini?”batinku memeriksa. Tak lama kemudian anak itu mondar-mandir mendekati penumpang yang baru saja turun dari bus kota sembari berteriak,”Blitar,Blitar.pak!”. “Ya Allah , ternyata dia calo penumpang!”
Bocah laki-laki itu bejalan sambil memicingkan mata karena silau matahari . Hari ini matahari bersinar begitu terang, namun demikian, panas mentari tidak menjadikan semangat anak laki-laki itu pudar. Ia dengan gesitnya berjalan kesana kemari, sesekali berlari untuk mencari penumpang. Bahkan ia harus berlomba dengan calo-calo angkot yang lain. Ia tidak peduli akan Keringat yang bercucuran, yang penting baginya dia mendapatkan penumpang.
Sejenak aku perhatikan bocah itu. kira-kira umurnya tidak jauh dari umur adikku, mungkin dia berumur 14 tahun itu, mungkin juga dia lebih muda dari itu. Postur tubuhnya tidak begitu tinggi, rambutnya sedikit pangjang dan agak kusam, mungkin karena ia tidak begitu punya banyak waktu untuk sekedar merapikan rambutnya, atau mungkin ia tidak punya banyak uang untuk membeli shampo. Kulitnya lebam karena sering berada di bawah terik matahari, bisa ku taksir anak itu sudah lama berprofesi sebagai calo.“Ah, kasihan bocah itu”, batinku berkata.
“Tes….” Tak terasa air mataku mengalir. (tapi cepet-cepet aku hapus, karena aku ingat bahwa aku sedang dalam angkot dan di sebelahku banyakpenumpang lainnya) Aku terharu dan sedih melihatnya. Anak sekecil itu, sudah harus bersusah payah bekerja dan meninggalkan kesenangan-kesenangan anak seusianya. Mungkin di rumah, sedang ada yang menunggu kepulangannya dengan membawa sedikit rejeki untuk bisa dimakan. “ Hidup itu penuh dengan perjuangan Siapa yang ingin hidup, maka haruslah rela berjuang atau dia harus terdepak dari kehidupan ini” batinku berkata mencoba menafsirkan tatapan nanar mata bocah itu. “tes…”air mataku kembali jatuh (tapi lagi-lagi aku cepet-cepet hapus, aku tidak mau penumpang-penumpang yang lain menjadi tidak nyaman karena melihatku mengangis) Tidak lama kemudian, mobil angkot yang aku tumpangi kembali berjalan dan anak laki-laki itu tampak semakin jauh hingga akhirnya tubuhnya pun tidak dapat aku lihat lagi. Tiba-tiba aku teringat adik laki-lakiku dan “tes..”air mataku kembali mengalir.