Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Wednesday, June 3, 2009

Bocah vs Nasib



Hari ini hari minggu, semua aktiftas perkuliahan libur. Namun bagiku, hari minggu sama ja dengan hari-hari aktif yang lain. Walaupun aku bukan seorang aktifis sejati, tapi kegiatanku sangat padat bahkan dihari libur. Dan hari ini aku harus ke Sidpoarjo untuk mengikuti pembinaan MSQ, sudah satu bulan lebih aku mengikuti kegiatan itu, katanya sebagai persiapan untuk mengikuti MTQ provinsi cabang MSQ tahun ini yang diselenggarakan bulan Mei mendatang. Tapi sebenarnya bukan hal itu yang ingin aku ceritakan kali ini, melainkan sebuah pemandangan yang begitu menyentuh perasaanku yang baru saja aku lihat.
Cerita ini berawal ketika aku berada di dalam salah satu angkot dalam perjalanan pulang dari pembinaan. Seperti biasa, angkot yang aku tumpangi berhenti untuk menunggu dan mengangkut penumpang lainnya di salah satu terminal di Surabaya. Pada saat itu aku melihat seorang anak laki-laki yang sedang berdiri tak jauh dari angkot yang aku tumpangi. “siapa anak itu gerangan, apa yang ia lakukan di tengah terik matahari begini?”batinku memeriksa. Tak lama kemudian anak itu mondar-mandir mendekati penumpang yang baru saja turun dari bus kota sembari berteriak,”Blitar,Blitar.pak!”. “Ya Allah , ternyata dia calo penumpang!”
Bocah laki-laki itu bejalan sambil memicingkan mata karena silau matahari . Hari ini matahari bersinar begitu terang, namun demikian, panas mentari tidak menjadikan semangat anak laki-laki itu pudar. Ia dengan gesitnya berjalan kesana kemari, sesekali berlari untuk mencari penumpang. Bahkan ia harus berlomba dengan calo-calo angkot yang lain. Ia tidak peduli akan Keringat yang bercucuran, yang penting baginya dia mendapatkan penumpang.
Sejenak aku perhatikan bocah itu. kira-kira umurnya tidak jauh dari umur adikku, mungkin dia berumur 14 tahun itu, mungkin juga dia lebih muda dari itu. Postur tubuhnya tidak begitu tinggi, rambutnya sedikit pangjang dan agak kusam, mungkin karena ia tidak begitu punya banyak waktu untuk sekedar merapikan rambutnya, atau mungkin ia tidak punya banyak uang untuk membeli shampo. Kulitnya lebam karena sering berada di bawah terik matahari, bisa ku taksir anak itu sudah lama berprofesi sebagai calo.“Ah, kasihan bocah itu”, batinku berkata.
“Tes….” Tak terasa air mataku mengalir. (tapi cepet-cepet aku hapus, karena aku ingat bahwa aku sedang dalam angkot dan di sebelahku banyakpenumpang lainnya) Aku terharu dan sedih melihatnya. Anak sekecil itu, sudah harus bersusah payah bekerja dan meninggalkan kesenangan-kesenangan anak seusianya. Mungkin di rumah, sedang ada yang menunggu kepulangannya dengan membawa sedikit rejeki untuk bisa dimakan. “ Hidup itu penuh dengan perjuangan Siapa yang ingin hidup, maka haruslah rela berjuang atau dia harus terdepak dari kehidupan ini” batinku berkata mencoba menafsirkan tatapan nanar mata bocah itu. “tes…”air mataku kembali jatuh (tapi lagi-lagi aku cepet-cepet hapus, aku tidak mau penumpang-penumpang yang lain menjadi tidak nyaman karena melihatku mengangis) Tidak lama kemudian, mobil angkot yang aku tumpangi kembali berjalan dan anak laki-laki itu tampak semakin jauh hingga akhirnya tubuhnya pun tidak dapat aku lihat lagi. Tiba-tiba aku teringat adik laki-lakiku dan “tes..”air mataku kembali mengalir.



Friday, February 6, 2009

Adik Kecil ku Sayang


Waktu terus berlalu. Tak terasa kini gadis kecil ku telah tumbuh semakin besar. Tepat tanggal 29 Juli nanti dia genap berumur 8 tahun. "Iin"..begitulah kami sekeluarga memanggilnya, sebenarnya nama panjangnya "Nailil Insyirah", nama yang cantik bukan?! Dia adalah putri bungsu di keluarga ku. Kami sangat menyayanginya. semoga dia selalu menadapatkan kebahagiaan seperti namanya. Adik Kecil ku...........Mba sangat merindukanmu sayang.........!


Dulu ketika dia masih bayi, ketika ibu harus mengerjakan pekerjaan rumah yang lain, aku sangat senang menggantikan ibu menggendongnya. Parasnya yang cantik dan lucu membuat ku selalu ingin menciumnya. Dan entah mengapa setiap kali aku melihat dia tersenyum di pangkuanku, batinku selalu berkata, aku akan selalu menjaga dan merawatnya. Oh...Adik kecil ku .....Mb sangat mencintaimu sayang................!


Ah.......,hari itu aku sangat kesal pada nya. Dia mulai sangat nakal. Dia tidak mau belajar ngaji padahal usianya sekarang sudah 5 tahun, apalagi teman-temannya sudah mulai belajar. Aku khawatir dia akan ketinggalan. Setiap kali aku mencoba membujuknya, dia selalu menolak bahkan kadang sering memukul mukaku....(uhhh...sakit). Ah....tapi tak mengapa, dia tetap adik kecil ku sayang...!


"Aku nga' mau sama Mba Mila, Mba Mila Jahat. aku benci......!!!"Nyess...batinku tiba-tiba merintih sakit. Adik kecil ku membenci aku. Sekarang dia tidak mau lagi bermain dengan ku. Dia lebih sering bermain dengan saudaranya yang lain. Mungkin karena aku selalu melarangnya bermain jauh-jauh, selalu memarahinya kalau salah, tapi bukankah itu semua demi kebaikannya?! atau mungkin....Ya Allah...mungkin dia sakit hati ketika aku pukul karena telah merusak buku matakuliahku. Ya Allah, saat itu aku benar-benar khilaf, aku tidak sadar.....Kini adik kecil ku tidak suka dengan ku. Hingga aku kembali ke kampus di Surabaya pun dia tidak mau bicara pada ku. Adik Kecil ku....Maafkan Mba Sayang...........!

Hari itu aku menerima sepucuk surat dari temenku yang baru saja mudik. .Aku tidak tahu dari siapa surat itu. saat aku tanya, teman ku hanya bilang, " sudah, baca saja Langsung, nanti kau tahu sendiri!"Sejenak ku perhatikan, surat itu dekil, amplopnya lusuh dan banyak coret-coretannya, tulisannyapun tak begitu jelas. Namun karena begitu penasaran, lalu akupun perlahan membukanya. Dan betapa kagetnya diriku, saat aku baca pengirimnya " Dari Iin untuk Mba Mila" Subhanallah, adik kecilku mengirimku surat...aku terharu sekaligus bahagia. Walaupun tulisannya sedikit berantakan dan susunan bahasa yang belum teratur maklum dia masih kelas 2 SD, aku berusaha untuk membaca dan memahaminya...............


"Mba Mil kenapa kamu nga' pulang sehari-hari. Mba Mil kapan kamu pulang ke rumah. Mba Mil aku bisa ngantar surat ini kepadamu Mba Mil . Mba Mil aku kangen banget kepadamu Mba Mil"


Begitulah isi suratnya.Perlahan air mataku menetes....Subhanallah, ternyata adik ku merindukan aku seperti aku merindukannya. Dia bersusah payah menulis surat ini agar aku pulang Maklum aku sudah 6 bulan tidak mudik karena padatnya jadwal kuliah dan banyaknya tugas hingga aku tidak bisa berlibur di rumah. Air mataku semakin deras mengalir, saat aku sadari adik kecilku kini tak lagi marah padaku..............
Tak terasa rinduku pada keluarga di rumah semakin tak terbendung. Aku ingin pulang, pulang untuk menemui dan mencium kening mungil adikku.
Adik kecil ku, Tunggulah Mba di rumah, sebentar lagi Mba pulang sayang.....!


*Gambar diambil dari Google.com